Kuliah Online Sampai Akhir Tahun, Kosan Tetep Harus Dibayar walau Nggak Diisi

Home Forums Skripsi/Tugas Akhir Kuliah Online Sampai Akhir Tahun, Kosan Tetep Harus Dibayar walau Nggak Diisi

This topic contains 0 replies, has 1 voice, and was last updated by  admin 3 years, 10 months ago.

Viewing 1 post (of 1 total)
  • Author
    Posts
  • #1433

    admin
    Keymaster

    Semenjak terdapat corona, kuliah dialihkan menjadi online. Kalau dihitung-hitung, pada tahun ini kuliah biasa secara tatap muka mungkin baru berjalan satu bulan. Kuliah online udah mau masuk empat bulan. Dan kemarin, Mas Menteri Nadiem bilang bila semester depan semua perguruan tinggi harus kuliah secara daring alias online.

    Mendengar fakta tersebut, walau belum turun surat edaran resminya, teman-teman aku eksklusif posting skrinsutan powerpoint Mas Nadiem. Mereka ngeluh, sambat, sekaligus banyak yg dipikirin bila kuliah terus online.

    Dalam satu slide powerpoint Mas Nadiem, masih ada kebijakan yg berbunyi:

    “Pembelajaran pada perguruan tinggi dalam semua zona harus dilaksanakan secara daring untuk mata kuliah teori, demikian juga buat mata kuliah praktik sedapat mungkin tetap dilakukan dengan daring.”

    Kami mahasiswa bukannya nggak takut corona, akan tetapi poly banget yg ngebuat sedih bila kuliah terus online sampai akhir tahun.

    Bagi para pengurus organisasi, mereka sedih lantaran kepengurusan organisasinya kopong. Nggak ngerasa kayak lagi ngejabat. Kegiatan kemahasiswaan jadi kosong, gabut. Proker-proker yg semula udah direncanain secara rapi, terstruktur, malah jadi gundukan planning yg nggak mampu terrealisasi. Sedih, sedih.

    Mereka yang punya hobi dan ngisi ketika pada UKM pun sama sedihnya. Nggak mampu latihan futsal bersama. Main basket, bulutangkis, jua ucapan tahun baru islam karate atau taekwondo lantaran nggak terdapat agenda latihan, apalagi kompetisi. Main musik, jamming bareng tahun ini libur dulu. Termasuk latihan teater yg rencana pagelaran udah terjadwal, terpaksa di-cancel.

    Nggak cuma organisator & pengurus UKM yang kena imbasnya. Mereka yg ambis punya semangat berprestasi ingin rajin ke luar negeri buat ikutan conference, lomba, exchange, dan lain-lain niscaya murung. Keambisan rasa semangat mereka wajib sedikit berkurang, karena rencana lomba yg di luar nagreg pasti dibatalkan. Palingan mereka ngincer lomba-lomba yang sifatnya online.

    Ternyata, corona dan kebijakan kuliah online pada semester depan nggak cuma berdampak pada mahasiswa yang demen ikut organisasi atau UKM atau lomba, tapi pula ke semua lapisan mahasiswa. Termasuk mereka yang suka eksklusif pergi ke kosan jika kelas udah selesai.

    Keresahan beserta para mahasiswa, khususnya mahasiswa rantau adalah nasib barang-barang & tagihan kosan. Sekarang, anak rantau kebanyakan niscaya di wilayahnya masing-masing, & mulai risi gimana barang-barangnya pada kosan. Mungkin mulai lapuk & jamuran. Belum lagi motor yg nggak dipanasin, fiks bakal rusak.

    Tapi, kekhawatiran yg lebih kuat berdasarkan nasib barang-barang merupakan tagihan kos menurut oleh empunya. Para pemilik kos, bapak dan mak kos niscaya tetep nggak mau rugi, alias tetep nagih bayaran kosan. Kami benar-benar dilema, Mas Nadiem. Kalau bayar akan tetapi nggak diisi karena tetep milih stay pada rumah, ya sayang duitnya. Tapi kalau nggak bayar barang-barang gimana, sanggup-mampu diusir sama bapak atau bunda kos.

    Soalnya bayar kos nggak sedikit, dan banyaknya kosan dibayar nggak per bulan, akan tetapi per tahun, per 3 atau enam bulan. Hohoho. Dilema berat.

    Ketika skrinsutan powerpoint Mas Nadiem itu beredar pada gerombolan -gerombolan & diposting sana-sini, terdapat seseorang teman yang menelfon saya. Dia bercerita kebingungannya bayar kosan. Ibu kosnya telah mengimbau di grup penghuni kos, ucapnya walau semester depan kuliah berjalan online, bayar sewa kosan tetap harus tepat ketika.

    Mendengar cerita teman aku itu, aku yang asalnya enjoy jadi ikut teringat kewajiban membayar kosan, pula memikirkan bagaimana informasi barang-barang yang ditinggalkan. Untungnya pemilik kosan yg saya tinggali sangat baik, belum menagih hehehe. Saya masih beruntung, nir naas misalnya teman saya yang sudah bayar kos hingga akhir tahun.

    Teman yang udah bayar kos sampai akhir tahun sambat-sambat pada saya, beliau menyesal setengah meninggal udah bayar kos duluan. Bahkan beliau mengungkapkan ingin menarik balik uang yang udah beliau bayar, & lebih baik memindahkan barangnya ke kontrakan temannya. Cukup berani & patut diapresiasi, jua ide yg mampu dipakai semua mahasiswa rantau.

    Nah, pilihan bagi orang yg nggak seberani itu merupakan merelakan uangnya atau permanen kembali ke rantau dan hidup menjadi anak kos di tengah masa pandemi dan new normal ala-ala. Kalau yg tajir melintir sih nggak masalah kali ya, akan tetapi sayangnya mahasiswa poly yang nggak tajir hehehe, termasuk mungkin yang baca goresan pena ini.

Viewing 1 post (of 1 total)

You must be logged in to reply to this topic.